Secara keseluruhan, "Lagu Pecah Seribu" oleh Elvy Sukaesih adalah lagu yang penuh dengan emosi dan makna, yang menyampaikan perasaan kesedihan, kehilangan, dan patah hati. Meskipun lagu ini mungkin mengekspresikan pengalaman pribadi Elvy Sukaesih, maknanya juga dapat dirasakan dan dipahami oleh banyak orang yang pernah mengalami perasaan yang sama.
Pecah Seribu - Elvy Sukaesih
Ha-ah-ah-ah-ah
Hu-uh-uh-uh-uh
Bimbang, ragu
Sementara malam mulai datang
Hasratku ingin bercermin, tapi
Cerminku pecah seribu, pecah seribu
Ibarat bunga
Aku takut banyak kumbang yang hinggap
Aku tak mau
Patah, patah, tangkaiku patah
Aku tak mau
Bimbang, ragu
Sementara malam mulai datang
Hasratku ingin bercermin, tapi
Cerminku pecah seribu, pecah seribu
ho-oh-oh
(La-la-la-la-la-la-la-la)
(La-la-la-la-la-la-la-la) ho-oh
Hanya dia
(Dia, dia, dia, dia, dia)
(Dia, dia, dia, hanya dia)
Hanya dia
Yang ada di antara jantung hati
Tempat bermanja, tempatnya rindu
Tempat curahan hati yang damai
Entah apa
Bagaikan kayu basah dimakan api
Api curiga, api cemburu
Api kerinduan yang membara
Oh, angin, kabarkan
Melati di depan rumahku menantimu
(Ha-ah-ah-ah)
Bimbang, ragu
Sementara malam mulai datang
Hasratku ingin bercermin, tapi
Cerminku pecah seribu, pecah seribu
Ibarat bunga
Aku takut banyak kumbang yang hinggap
Aku tak mau
Patah, patah, tangkaiku patah
Aku tak mau
Bimbang, ragu
Sementara malam mulai datang
Hasratku ingin bercermin, tapi
Cerminku pecah seribu, pecah seribu
ho-oh-oh
(La-la-la-la-la-la-la-la)
(La-la-la-la-la-la-la-la) ho-oh
Hanya dia
(Dia, dia, dia, dia, dia)
(Dia, dia, dia, hanya dia)
Hanya dia
Yang ada di antara jantung hati
Tempat bermanja, tempatnya rindu
Tempat curahan hati yang damai
Entah apa
Bagaikan kayu basah dimakan api
Api curiga, api cemburu
Api kerinduan yang membara
Oh, angin, kabarkan
Melati di depan rumahku menantimu
(Ha-ah-ah-ah)
Bimbang, ragu
Sementara malam mulai datang
Hasratku ingin bercermin, tapi
Cerminku pecah seribu, pecah seribu
Ha-ah-ah
Ha-ah-ah
Duhai angin, kabarkanlah, melati menanti
Duhai angin, kabarkanlah, melati menanti
Duhai angin, kabarkanlah, melati menanti
Duhai angin, kabarkanlah, melati menanti
Kesimpulan
"Lagu Pecah Seribu Lirik" yang dinyanyikan oleh Elvy Sukaesih adalah salah satu lagu legendaris dalam musik dangdut Indonesia. Lagu ini memiliki lirik yang penuh dengan emosi dan makna, dan umumnya diterima sebagai lagu yang menyampaikan perasaan kesedihan, kehilangan, dan patah hati. Berikut adalah beberapa makna yang mungkin terkandung dalam lirik lagu ini:
Patah Hati Dan Kesedihan
Lirik lagu ini mencerminkan pengalaman seseorang yang mengalami patah hati dan kesedihan yang mendalam akibat putus cinta atau kehilangan orang yang dicintainya. Ungkapan-ungkapan seperti "perpisahan yang mendalam" dan "hati ini pecah seribu" mencerminkan rasa sakit dan kehampaan yang dirasakan oleh seseorang yang terluka.
Rasa Rindu Dan Kerinduan
Lagu ini juga menyiratkan rasa rindu dan kerinduan yang mendalam terhadap orang yang telah pergi atau situasi yang telah berubah. Ketika Elvy Sukaesih menyanyikan "tiada lagi kau datang padaku," ia mungkin merindukan kehadiran dan kasih sayang dari orang yang dicintainya.
Pengalaman Hidup Yang Penuh Liku
Lirik lagu ini juga bisa dimaknai sebagai cerminan dari pengalaman hidup yang penuh liku dan tantangan. Kata-kata seperti "hidup ini penuh liku" mungkin menggambarkan bahwa hidup tidak selalu mudah dan sering kali penuh dengan cobaan yang sulit dihadapi.
Kesabaran Dan Ketabahan
Meskipun lagu ini menyampaikan kesedihan dan kehilangan, ada juga pesan tentang kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup. Ungkapan "tak berarti kau tinggalkan aku" mungkin mencerminkan keputusan untuk tetap kuat dan bertahan meskipun keadaan sulit.
Harapan Untuk Kesembuhan Dan Kesembuhan
Lagu ini juga bisa dipahami sebagai ekspresi dari harapan untuk kesembuhan dan kesembuhan setelah mengalami patah hati atau kehilangan. Melalui lagu ini, Elvy Sukaesih mungkin ingin menyampaikan pesan bahwa meskipun kita mengalami kesedihan dan kehilangan, ada harapan untuk pulih dan mendapatkan kebahagiaan kembali.